Selasa, 11 April 2017

Pembelajaran Seksualitas Anak bersama Pondok Parenting Harum


Maraknya kasus kekerasan seksual yang tidak hanya mengancam remaja tapi juga anak-anak menimbulkan keprihatianan beberapa phak. Salah satunya Pondok Parenting Harum, wadah belajar parenting bagi orang tua, khususnya para ibu, calon ibu, dan praktisi pendidikan. Bekerja sama dengan LKSA Harapan Ummat, Pondok Parenting Harum mengadakan sharing parenting di Aula Lawang Agung (9/4) bertemakan Pembelajaran Seksualitas yang Tepat untuk Anak.

Baca juga: Tips Hadapi Galau Setelah Melahirkan

Bersama Ibu Abyz Wigati, praktisi parenting nasional, kegiatan sharing parenting yang berjalan selama satu setengah jam tersebut membuat peserta yang hadir memahami pentingnya pembelajaran sesualitas sejak dini untuk anak. Mengingat kasus kekerasan merupakan bukti nyata kurangnya pengetahuan anak tentang pendidikan seks yang seharusnya telah mereka peroleh sejak tahun pertama.

Sebaiknya Sesuai Tahapan Perkembangan Anak
Orang tua perlu mengetahui jika perkembangan anak memiliki fase-fase yang dapat digunakan sebagai patokan dalam mengajarkan sesuatu. Tahapan anak-anak awal (sekitar 0-7 tahun) pembelajaran seksualitas lebih kepada pengenalan organ tubuh, membedakan jenis kelamin, pengenalan diri sendiri, mengenalkan peran orang terdekat kepada anak, dan latihan tidur bersama orang tua.

Baca juga: Tips Ajak Anak ke Dokter Gigi

Selanjutnya tahapan anak akhir (7-14 tahun), pembelajaran seksualitas kepada anak adalah mengenalkan perbedaan anatomi tubuh anak-anak vs orang dewasa, menegaskan rasa malu, mengenalkan fungsi organ reproduksi, dan penjelasan tentang muhrim-non muhrim. Tahapan ini dapat dilaksanakan jika orang tua telah melaksanakan pembelajaran seksualitas pada tahapan anak-anak awal.

Misalkan orang tua baru tahu tentang pengetahuan pembelajaran seksualitas saat anak berumur 8 tahun, maka pembelajaran pada fase anak-anak awal tetap harus dilalui atau dilaksanakan lebih dahulu.

Baca Juga: UGD Versi Saya VS UGD Drama Korea

Terakhir tahapan baligh/remaja (14-18/21 tahun) dimana pembelajaran seksualitas lebih mengarah kepada konsekwensi remaja sebagai pribadi dewasa, tanggung jawab perilaku seksual, dan penegasan konsekwensi/resiko perilaku seksual. Hal ini harus disampaikan kepada anak bahkan sebelum anak minta penjelasan. Jangan sampai terlambat, dalam artian memberitahu kepada remaja saat mereka telah melakukan perilaku seksual yang menyimpang.

Nikmati Proses agar Tidak Tegang
Tidak semudah membalikkan telapak tangan, proses pembelajaran seksualitas kepada anak juga tidak mudah. Diperlukan kesabaran dan ketelatenan untuk menjalankannya. Berbicaralah tentang seksualitas kepada anak secara wajar, seperti halnya berbicara hal lain. Hindari gaya mengajar seperti disekolah, lakukan dengan sersan, serius tapi santai.

Pembicaraan sebaiknya tidak hanya fokus pada fakta biologik tapi juga nilai , emosi, dan jiwa. Oiya, terkadang anak akan selalu bertanya dan bertanya lagi tentang apa yang tidak mengerti. Sabaiknya orang tua bersabar. Daripada mereka bertanya kepada orang yang salah, hayo?

Baca Juga: Pentingnya Penyuluhan Gizi Seimbang untuk Remja Putri

Intinya, ketika anak sudah remaja, berilah suasana dan kesempatan agar anak merasa bebas dan aman mengajukan pertanyaan tentang seksualitas. Selain itu, orang tua juga harus memberikan contoh nyata bagi anak ketika berbicara tentang seksualitas, sehingga anak tidak hanya menebak-nebak.

Diharapkan, setelah anak mendapatkan pembelajaran seksualitas yang tepat akan dapat menjadi bekal dalam menghadpi tantangan kehidupan di zamannya yang semakin transparan dalam berbagai hal termasuk seksualitas. Good parenting untuk Indonesia yang lebih baik.

2 komentar:

Agi Tiara | duckofyork mengatakan...

saya setuju banget dengan kalimat membuat anak nyaman untuk berbicara terbuka dengan seksualitas. soalnya apa yang dilarang-larang cenderung bikin penasaran kan? kalo ortunya nggak mau jelasin, anak pasti dapet info dari sumber lain yang belom tentu bisa dipercaya.

Eni Rahayu mengatakan...

Terima kasih